~言葉たち~


Hi, Aliens. Welcome to this rotten Earth.

3/10/10

UTS

Padahal sudah hari ketiga saya menjalani UTS, tapi hasilnya belum dipajang juga ;_;

Apa itu UTS?

UTS merupakan singkatan dari Ujian/Ulangan Tengah Semester, yaitu dimana para siswa-siswi ditantang oleh para guru yang maha 'kuasa' untuk menghadapi soal-soal bak neraka jahanam dari mereka. -facepalm-

Dalam post kali ini, saya akan membahas seputar UTS dilihat dari sudut pandang para siswa-siswi zaman sekarang. :D


UTS --- Ujian Tanpa Semangat
Menurut pengamatan saya selama tiga hari ini, wajah-wajah para siswa-siswi nampak tidak bersemangat ketika menghadapi UTS. Hal ini bisa dikaitkan dengan posisinya yang memang masih di tengah-tengah semester, jadi kesannya nggak terlalu penting.


Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat UTS (dan ujian serupa lainnya):

1. Teman Sebangku
Dalam sebagian ujian memang tidak diperkenankan untuk duduk dengan siapapun, baik dengan yang seangkatan maupun adik/kakak kelas, tetapi biasanya kalau masih kelas X atau XI justru diposisikan untuk duduk berdampingan. Ya, kayak saya sekarang, duduk dengan anak kelas X, sebut saja si F.

Tak kenal maka tak sayang; semua umat Islam adalah saudara; maka dari itu saya harus 'menyayangi' si adik kelas sebagai sesama Islam. -lol-
Di saat seperti inilah kesan pertama begitu berarti.

Saya mencoba jaga image saya (yang hancur dan hanya diketahui sebagian teman saya) dari dia (buset dah, ini temen sebangku apa gebetan?). Yah, pokoknya sebisa mungkin jaga sikap deh daripada dicap yang nggak-nggak dari si adik kelas.

Cara menentukan kesan pertama: lihatlah keadaan fisik. Dalam hal ini sebisa mungkin lupakan "Don't judge a book by its cover".

Dan yang saya dapatkan: ah anak alim.

Sepertinya lewat kesan pertama itu, pendapat saya benar. Jarang saya melihat si F nengok sana sini, nanya, temen, blablabla (entah antara alim atau emang nggak berani)

Lanjut ke kesan kedua: ajak bicara dan lihatlah cara berbicaranya.

Saya iseng buka topik,
Kouha: "Guru MTK lo siapa?"
Si F: "Hmm... Pak yang satu lagi tuh, bukan yang ini (sambil nunjuk ke Pak Kawi, guru MTK saya yang kebetulan saat itu sedang ngawas ruang ujian saya). Pokoknya yang botak."
Kouha: "Oh, Pak Ayub?"
Si F: "Nah, iya yang itu."
Dan pembicaraan kami pun berakhir.
Kesan pertama masih tetap menjadi pilar bagi kesan kedua. Dengan kata lain, saya masih berpikir bahwa anak ini alim.

Lanjut ke kesan ketiga: biarkan dia bicara terlebih dahulu dan perhatikan apa yang dia bicarakan.
Kebetulan saat itu dia sedang mengerjakan soal Bahasa Jerman, dan saya Agama (yang hasilnya dipastikan SURAM). Dia bertanya,
Si F: "Bisa Bahasa Jerman?"
Kouha: "Hah?"
Si F: "Bisa Bahasa Jerman nggak?"
Kouha: "Yah, nggak terlalu sih..."
Kesan pertama dan kedua yang saya dapatkan hancur seketika.
Saya mulai berpikir bahwa si F ini anak bandel. Menyapa kakak kelas nggak pake 'kak' atau semacamnya. -suudzon-

Tapi ternyata...

Sempat terjadi percakapan,
Si F: "Kak, emangnya Sejarah-nya belajar apaan sih? Masa anak IPA ada Sejarah."
Kouha: "Nggak tau nih, suram!"
Dia ketawa.
Kouha: "Apa yah... Kayak pelajaran SD deh."
Si F: "Proklamasi gitu gitu?"
Kouha: "Ho oh, gitu gitu deh pokoknya."
Dan yang terlintas di benak saya: hoo, lumayan asik juga anaknya. (makanya jangan suudzooon XD)

Maka pikiran saya mengenai dia yang bandel tadi pun perlahan mulai pudar. Apalagi ditambah dengan terjadinya peristiwa di bawah ini...

Saya lagi ngerjain soal Sejarah yang naujubile ajigile susah mampus bagi anak IPA itu. Mendadak stuck di nomor 24. Pengen nanya ke Dita (yang duduk di belakang saya) tapi nggak enak ngeliat orangnya lagi 'serius'. Pengen nanya ke Adino (yang duduk di depan saya) tapi susah manggil orangnya. Pas saya ngelirik ke si F, keliatannya dia sedang free. Akhirnya saya tanya ke dia.

Kouha: "Eh, inget ini nggak?" (sambil nunjuk ke nomor 24) "Kan pelajaran SD nih." <-- mau pelajaran SD kek tetep aja gak bisa jawab
Dia ngeliatin soalnya, terus bilang, "Wah nggak tau, kak. Lupa. Hehehe."
Nah udah nih. Kalau begini mah nyerah saya sama nomor 24.

Pas lagi nyiapin mantra cap-cip-cup, mendadak dia noleh ke belakang. Saya kira dia mau nyontek temennya gitu. Nggak taunya dia ngeliat ke lembar jawaban si Dita (yang duduk di belakang saya). Terus nengok lagi ke depan, noleh ke arah saya, dan ngomong, "Kak, jawabannya E!"
Saya bergembira ria, "Hoo, makasih, makasih!"

Kalau udah sebangku sama adik kelas kayak gini, tandanya dia bisa diperalat. -gg-

2. PMP
Mungkin banyak yang bertanya, apa itu PMP?
PMP adalah singkatan ngasal yang saya berikan secara pribadi dari sebuah paham yang terkenal diantara anak-anak zaman sekarang: Posisi Menentukan Prestasi.
Yang maksudnya: dimana kau duduk, disitulah nilaimu ditentukan lewat tempat dudukmu. Jadi beruntunglah mereka yang duduk di tempat strategis (gampang buka contekan, gampang nengak nengok, dsb) dan sengsaralah mereka yang duduk di tempat yang tidak membahagiakan (biasanya paling depan).

Khusus yang ini, ada baiknya jika terus dilanjutkan ke pembahasan berikutnya, yaitu...

3. PMP Part 2
Lho, kok PMP lagi?
PMP disini maksudnya: Pengawas Menentukan Prestasi.

Biasanya dalam ujian semacam UTS dan kawan-kawannya itu, posisi para murid ditentukan oleh para guru yang maha 'kuasa', jadi tidak bisa memilih tempat duduk sendiri. Makanya saya akan membahas lebih lanjut mengenai PMP yang satu ini.

Pengawas, dalam arti lain berarti Tukang Ngawas, seseorang yang akan memperhatikan gerak gerikmu selama ujian berlangsung. Biasanya dalam ujian semacam UTS dan kawan-kawannya, pengawas terdiri dari 2 orang dalam satu ruangan.

Ada 5 macam pengawas, yaitu:
a. Si Setajam Silet
Memiliki mata semu lebih dari 2. Mata-matanya yang tajam itu akan mengawasimu secara ketat. Kamu bergerak sedikit saja, dia langsung melirik ke arahmu. Tipe pengawas seperti ini harus diwaspadai.

b. Si Bawel
Memiliki mulut selebar ruang ujian. Mulutnya yang tidak bisa diam itu selalu saja berbicara, "hei jangan nengok-nengok!" atau "jangan nyontek!" blablabla. Tipe pengawas ini tidak terlalu berbahaya, tetapi cukup menyebalkan.

c. Si Nggak Bisa Diem
Memiliki kaki abstrak lebih dari 2. Kakinya yang terlatih itu dapat menghampirimu dari jarak 1km dalam 2 detik jika kamu melakukan gerakan yang mencurigakan sedikit saja. Perlu diwaspadai.

d. Si Pertapa
Memiliki hati yang bisa membaca pikiran, biasanya profesinya guru Agama. Tipe ini biasanya tidak menegur anak, hanya tersenyum licik ke arah anak itu. -lol-

e. Si Tukang Tidur
Suka mengabaikan pekerjaannya sebagai pengawas dan malah tidur.


Yah cukup sampe disini aja deh, kalau ada apa-apa ntar saya tambahin lagi. Capek juga ternyata nulis sampai sepanjang ini. XD

-UPDATE-
Ada yang minta namanya dicantumin: "Hamtutu Sang Raja Benteng Takeshi"